Penindasan pada ikan

Profil Sumber Daya Ikan
Ikhtiologi

Jadi guys, ini kali pertama gua ngebahas tentang ikhtiologi. Jadi sebelumnya gua mau ngomongin dulu sedikit tentang ikhtiologi. Jadi ikhtiologi ini secara bahasa merupakan ilmu yang mempelajari tentang ikan. Jika dalam definisi kkp(kementrian kelautan dan perikanan) maka yang dimaksudkan dengan ikan adalah semua mahluk yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di dalam air. Maka dari itu jangan heran jika menurut bu susi tidak ada putri duyung di lautan, karena kalaupun ada yang ada hanyalah ikan putri duyung. Begitupun dengan nyi roro kidul, menurut kkp hal seperti itu tidak ada, yang ada hanyalah ikan nyi roro kidul. Berbeda dengan kbbi yang mendefinisikannya sebagai binatang bertulang belakang yang hidup dalam air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, biasanya tubuhnya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya menggunakan sirip. Ikhtiologi menyinggung tentang pengertian yang kedua.

Nah, dalam pelajaran ikhtiologi sebagian besar kita membahas tentang ikan-ikan. Bagaimana ciri morfologinya, bagaimana ciri ekologinya, bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungannya, bagaimana ia mencari pasangannya. Semua yang berkaitan dengan ikan. Bagi kalian yang pernah mempelajari biologi dan mendapatkan bagaimana kita harus menghafal semua tulang pada manusia, kurang lebih pelajaran ini hampir sama dengan objeknya yang berbeda. Tapi kalian beruntung, karena saya memulai blog ini ketika pelajarannya telah beralih kepada hal-hal yang lebih gampang untuk dicerna, yah karena judul kuliah minggu ini adalah profil sumber daya ikan.

Baiklah, kuliahnya dimulai dengan suatu narasi bahwa indonesia merupakan negara yang beragam, tidak hanya dari orang-orang yang menghuninya tapi juga pada biotanya. Bukan hanya primata-primata yang ada di hutan-hutan belantara, tapi juga di perairannya keragaman itu ada. Itulah salah satu nilai yang kita telah hafal betul tentang indonesia. Tapi apakah kita masih menghormati dan juga menghargai keragaman tersebut? Saya kira iya, karena Bhinneka Tunggal Ika masih digenggam erat di kaki sang garuda.

Keberagaman inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi kita untuk dapat memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. Bagaimana cara kita menangkap ikan ini juga merupakan suatu hal yang harus diperhatikan ketika ingin mempertahankan populasi dan keberagaman dari ikan yang kita miliki ini. Namun tantangan lain yang juga dihadapi adalah permasalahan-permasalahan yang mengancam daripada populasi ikan-ikan dan kestabilannya di ekosistem alami. Dosen kemudian memaparkan 5 hal ataupun permasalahan yang menjadi sebab kenapa di suatu lingkungan perairan terdapat ikan-ikan yang kemudian punah.

Yang pertama adalah penangkapan berlebih. Semua orang tahu bahwa segala hal yang berlebihan itu tidak baik, walaupun itu adalah hal yang baik. Hal ini karena memang konotasi kata lebih diasosiasikan dengan keadaan dimana suatu hal yang sudah melampaui dari yang kita butuhkan. Inilah masalahnya ketika terjadi penangkapan berlebih, karena kita mengambil jauh dari apa yang kita butuhkan. Yang sering diilustrasikan dengan penangkapan berlebih adalah ketika kita tidak hanya menangkap ikan-ikan yang telah dewasa, tapi juga menangkap juvenil maupun benih dari ikan tersebut sehingga tidak ada regenerasi selanjutnya yang terjadi. Hal sama terjadi dengan sejarah kehidupan kita sebagai manusia, ketika ada sebuah suku yang menyerang dan menduduki wilayah suku lain. Maka ketika suku yang ditaklukkan itu dihabisi perempuan dan juga anak-anaknya, maka suku itupun tidak ada lagi, dan mungkin kebudayaannya tidak lagi eksis.

Hal selanjutnya adalah alat tangkap yang merusak. Berbeda dengan penangkapan berlebih yang diilustrasikan dengan juga menangkap anakan dan juga juvenil dari si ikan, alat tangkap merusak lebih diilustrasikan dengan merusak habitat hidup si ikan, sehingga ikan tersebut tak lagi memiliki tempat untuk hidup dan mencari makanan. Layaknya seorang anak yang diusir dari rumahnya dan menjadi gelandangan di jalanan. Tapi ini ilustrasi ketika hanya satu habitat yang dihancurkan. Apabila semua habitat telah dihancurkan, ini layaknya sebuah pulau yang tenggelam ke dasar samudra. Tak ada jalan lain melarikan diri selain menuju kepada maut itu sendiri.

Kemudian ada pencemaran, hampir sama dengan kedua masalah awal, hanya saja pencemaran diilustrasikan sebagai ketidaksengajaan manusia, ataupun kegiatan manusia yang secara langsung merusak. Hal ini layaknya ketika ada seorang anak yang ingin membakar seekor semut, kemudian ia menyiram semut itu dengan banyak minyak tanah, lalu membakarnya dengan obor. Memang semut tersebut mati, tapi ada pohon yang juga ikut terbakar. Meskipun masalah pencemaran di indonesia masih menjadi masalah besar karena kurang kuatnya undang-undang yang mengatur tentang hal ini, tapi kita harus bangga, karena suatu saat kita telah dapat mengendalikannya. Hanya jika kita semua mulai sadar dari sekarang.

Hal lainnya ialah Degradasi dan Fragmentasi Habitat. Terdengar sebagai hal yang baru, namun ternyata hal ini bukan masalah yang baru. Salah satu contoh yang mungkin bisa dengan mudah dipahami adalah pengaruh dari pembuatan bendungan atau waduk. Dengan dibendungnya aliran sungai, ikan yang biasanya melintasi sungai untuk mencapai ujung sungai untuk tumbuh atau berkembang biak tidak bisa lagi melakukan kegiatannya itu. Hal inilah yang membuat kurang atau tidak adanya lagi generasi terbaru dari ikan tersebut. Seperti jika di dunia ini tidak adalagi tempat untuk bersalin maka hal itulah yang juga terjadi kepada ikan tersebut. Kurang lebihnya seperti itu.

Permasalahan terakhir yang disampaikan adalah permasalahan tentang introduksi ikan baru. Mengapa ini berbahaya? Proses evolusi dari suatu ikan hingga dapat hidup dan berkembang secara stabil di suatu perairan adalah evolusi yang sudah terjadi jauh sebelumnya. Dengan didatangkannya spesies ikan baru, maka ikan lama kemudian harus kembali beradaptasi untuk dapat menyesuaikan diri dengan ikan baru yang diintroduksi dan cenderung kadang lebih stabil dan adaktif dibandingkan ikan lama. Permasalahan utamanya adalah tidak semua ikan yang telah hidup stabil dapat dengan cepat adaktif dengan ikan baru tersebut sehingga tidak jarang banyak spesies yang menurun jumlah populasinya karena introduksi ikan baru, baik ikan tersebut karnivora maupun omnivora. Hal ini juga mirip dengan pesebaran manusia modern, mengapa bangsa kulit putih menduduki lebih banyak wilayah strategis dibandingkan ras lainnya. Manusia pada dasarnya memiliki insting sama seperti dengan ikan, atau bisa jadi ikan yang pada dasarnya memiliki insting yang sama seperti manusia. Siapa yang tahu?


Oke, mungkin sudah terlalu banyak yang kita bahas, sekian saja. Terima Kasih :)

Komentar

Postingan Populer